Opini

Mental Pengguna Internet yang Perlu Dibenahi

Menulis ulasan film di tumblr ah”, kataku usai menonton sebuah film drama kemarin.

Ketika ingin menulis ria di platform Tumblr, yang muncul malah loading yang tak berkesudahan, mendadak seperti manusia yang kehilangan arah.

“oke, beberapa menit buka media sosial Twitter dulu. Mungkin servernya sedang gangguan. atau mungkin aplikasi Tumblr di handpone saya sedang eror”. celoteh saya dalam sanubari.

Saat berkeliling sana-sini ada hal yang jadi pusat perhatian saya pada postingan Boy Candra, penulis buku yang banyak diminati masyarakat pecinta novel.“Buka akun Tumblr kok gak bisa ya? Diblokir oleh Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informasi) lagi ya? Padahal Tumblr salah satu media sosial yang banyak dijadikan tempat latihan menulis. Bapak ke Tumblr emang nggak nyari tulisan dan puisi-puisi gitu ya? Kalau alasannya karena konten negatif hampir semua platform media sosial juga ada”. Oh tidak.

Servernya tidak sedang gangguan dan handpone saya sedang tidak eror. Setelah mencari dari berbagai referensi, ternyata benar Tumblr diblokir lagi. Konon katanya, platform Tumblr tahun 2016 sempat diblokir karena ada konten negatif. Pertanyaan saya kalau memang benar diblokir karena ada unsur negatif. Kenapa hanya Tumblr?

Esok harinya, warganet dari penulis terkenal sampai kalangan biasa pengguna tumblr berbondong-bondong membanjiri timeline Twitter Kemenkominfo, menyuarakan apa penyebab platform Tumblr diblokir tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Sebagai warga negara yang kritis, pemblokiran Tumblr terasa seperti pisau bermata dua. Satu sisi berhasil membabat 360 lebih akun yang disinyalir berkonten asusila, berdasarkan pernyataan yang tertulis di akun twitter Kemenkominfo setelah “diserang” bertubi-tubi.

Namun berdasarkan Statista.com, angka 360 akun tersebut tidak sampai 1% dari total 392 juta akun pengguna Tumblr. Ah, bukankah angka sekian tidak sebanding dengan jumlah akun lainnya yang memposting hal positif? Di sisi lain Kemkominfo membabat akses puluhan ribu (bahkan mungkin lebih) akun-akun berisi kiriman positif. Ini sama aja membakar habis seluruh hutan hanya untuk membasmi satu cacing. Kenapa tidak blokir Google sekalian?

Memang domain Kemenkominfo untuk melindungi warganya dari konten-konten negatif. Namun sebagai pengguna yang tak memproduksi konten negatif, saya merasa perlu  mempertanyakan.

mengapa Tumblr diblokir tanpa ada pengumuman sebelumnya dan belum adanya mekanisme check and balance yang dilakukan Kemkominfo, apakah ada data komparasi user antara konten positif vs negatif dari pengguna Tumblr di Indonesia? Sejauh yang saya tahu, hanya  ada temuan lebih dari 360 akun berkonten asusila.

Sebenarnya akun berkonten asusila adalah representasi otak pengguna media itu yang memang berniat untuk berasusila ria. Rasanya ini seperti membakar satu orang teroris didalam bus yang penuh dengan penumpang lain.

Jika kemarin-kemarin kita terlalu permisif dengan aksi blokir situs berkonten asusila. Maka kedepannya akan lebih leluasa memblokir situs apapun dengan alasan yang sama, Efeknya? Media kita untuk berkarya kreatif akan semakin berkurang, Kenapa? Karena kalau bicara asusila, pasti selalu kita temui di setiap platform lain. Twitter? ada, Instagram? ada, Youtube? ada, WhattApp grup? Dan lain-lain juga ada.

Kalau alasan pemblokiranya hanya konten asusila, maka semua media sosial bisa diblokir kapan saja. Adanya konten asusila sebetulnya bukan semata-mata kesalahan media sosialnya, tapi usernya. Yang salah bukan busnya tapi oknum penumpangnya, yang salah bukan hutannya tapi cacingnya. Selama masih ada yang pemirsa konten asusila, media apapun bisa memuat konten asusila. Kalau solusinya cuma blokir, mungkin di masa depan Indonesia tak pakai internet lagi.

Saya salut dengan orang-orang yang bekerja di Kemkominfo dengan tugas mencari konten asusila, sampai menemukan konten tersebut di platform Tumblr yang nggak pernah saya sadari ada, karena platform saya cuma dipakai buat belajar ilmu-ilmu berguna.

Hemat saya, Indonesia saat ini sedang darurat konten hoax. Itu jelas lebih membuat suasana gaduh, masalah itu yang lebih perlu diseriusi Pak!.

Udah, blokir saja semua situs indenpen. Toh tak ada yang bisa komplain. Atau Indonesia pakai Internet seperti negara China saja. Biar gampang diatur apa yang dinikmati rakyat, pemerintah bisa ngawasin aktivitas rakyat diinternet, informasi yang boleh dilihat rakyat juga diatur. Gitu ya Pak Kemkominfo solusinya?

Pemblokiran Tumblr yang sedang heboh dikalangan warganet menjadi bukti negara kita masih suka dengan cara yang praktis atau jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Blokir memang lebih mudah daripada memberi literasi. Tetapi kembali lagi, bagus atau tidak semua tergantung penggunanya. Yang juga perlu dibenahi adalah mental pengguna Internetnya, kalau cuma diblokir tapi mental penggunanya masih gak beres, akan ada saja cara buat menembus pemblokiran.

Mungkin yang harus diblokir bukan situsnya Pak, mungkin yang harus dirubah itu pola pikir. Terkadang sedih dengan Kementrian yang mengurus komunikasi tapi gagal berkomunikasi dengan rakyat. Saya rasa dengan penyuluhan tentang berselancar diinternet secara positif untuk anak-anak muda akan jauh lebih membantu dibandingkan blokir sana sini. Jika logika tersebut terus digunakan, semua platform yang ada sewaktu-waktu akan ditutup tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Jika hal tersebut dilakukan, maka tulisan-tulisan positif tidak bisa diselamatkan. lalu kemanakah harus bermigrasi? Twitter? Facebook? Wattpad? Telegram? Apakah semua bisa menjamin kalau platform tersebut tidak akan diblokir, bebas konten asusila?

Saya menyarankan kepada pemilik platform Tumblr membalas email Kemkominfo dan berkomunikasi dua arah dan mengkompromikan kebijakan pelaporan dan pemblokiran akun terkait isu konten asusila, agar puluhan ribu penulis Tumblr Indonesia tidak kehilangan rumah berkarya, dan Tumblr tidak kehilangan user base di Indonesia.

Semoga pihak Tumblr dan Kemkominfo saling sepakat sehingga dapat merubah kebijakan pemblokiran Tumblr, tapi jika memang tetap akan seperti ini keputusannya, mau gimana lagi?

Sebelum mengetahui kejadian pemblokiran Tumblr. Ada pesan tersirat dari film yang ingin saya ulas di blog Tumblr. “katanya, dengan sebuah pensil kita bisa menulis pada kertas, apa saja. Hal baik atau buruk. Mesti tulisan bisa dihapus dengan karet penghapus, pasti akan meninggalkan bekas.

Sama seperti manusia, baik atau buruk perbuatannya pasti akan selalu diingat oleh orang lain”. saya sepakat. Sama halnya dengan kejadian diatas, baik atau buruk penggunanya pasti selalu ada jejak mengikutnya.

Akhir kata, sedih rasanya jika benar-benar harus beralih ke platform lain. Banyak orang-orang baik di Tumblr yang akhirnya kehilangan panggung karya untuk menularkan kebaikannya. Mungkin ini trigger agar pengguna setia Tumblr keluar dari zona nyaman dan mulai membangun platform sendiri. Adilkah jika ribuan yang menulis di Tumblr hal-hal yang positif harus kehilangan rumah ternyamannya karena ulah segelintir kalangan?

Penulis: Yuli Susanti

Editor : Piky Herdiansyah.

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!