Artikel

Sampai Kapan G30S/PKI Berselimut Misteri?

Malam hampir berlalu, matahari pagi pun belum beranjak dari peraduannya. Wajah-wajah garang bermodal senjata laras panjang mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanudin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Seorang perwira TNI AD dalam balutan pakaian militer lengkap menghadapkan badannya ke sebuah cermin, beberapa kali merapikan pakaian agar tidak terlihat kusut. Ia bernama, Brigadir Jendral Donald Isaac Pandjaitan atau yang lebih dikenal DI Panjaitan.

Berkali-kali bunyi peluru lepas memenuhi kediamannya. Dengan langkah perlahan, ia turun ke lantai satu yang dikuasai pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno, dari satuan Cakrabirawa.

Tentara itu memaksanya untuk segera naik ke truk yang akan mengantarkannya ke istana. Kata para tentara, Brigadir itu dipanggil Presiden karena kondisi darurat.

Seorang jendral diundang ke istana oleh gerombolan tentara, adalah hal yang ganjal, bukan? Akan tetapi DI Panjaitan tetap bersikap tenang menyempatkan diri untuk berdoa, hal ini menyebabkan para tentara semakin marah. Seorang tentara kemudian memukulkan popor senjata, dan berhasil ditepis DI Panjaitan sebelum benda keras itu menghantam wajahnya. Tentara yang lain naik pitam, dilayangkan sebuah tembakan ke arah Panglima Angkatan Darat itu hingga ia tewas tertembak.

Kisah di atas merupakan sedikit cuplikan dari film dokumenter yang berjudul “Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI”, besutan sutradara kawakan Arifin C Noer.

Sejumlah kutipan dari film tersebut mungkin masih terngiang di pikiran para penontonnya. Seperti, “Darah itu merah, Jendral”, yang terdapat dalam adegan penyiksaan terhadap tujuh jenderal Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya. Atau adegan di mana Putri Panjaitan yang membasuh wajah dengan darah ayahnya yang tewas tertembak begitu saja oleh tentara aniaya.

30 September 53 tahun silam terjadi peristiwa duka bagi sejarah Indonesia.  Mungkin kita masih sama-sama mengenang pembunuhan tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya yang dinilai sedang melakukan sebuah usaha percobaan kudeta. Gerakan ini diduga turut didalangi oleh partai politik yang “katanya” telah dilenyapkan di negeri ini, sebut saja PKI. Peristiwa G30S/PKI meninggalkan coretan hitam dalam sejarah bangsa.

Isu yang memicu gerakan ini adanya rumor tentang Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta pada 5 Oktober 1965. Isu ini tentu menimbulkan reaksi bukan hanya bagi para dedengkot PKI tapi juga presiden Soekarno. Untuk mengantisipasi isu tersebut Presiden Soekarno membentuk Dewan Revolusi.

Dewan Revolusi memandang penting untuk melakukan gerakan dalam upaya menyelamatkan kedudukan presiden sekaligus masa depan PKI.

Tujuan dari gerakan ini adalah menculik para jenderal yang nantiya akan dihadapkan kepada Presiden yang telah berada di Bandara Halim Perdana Kusuma untuk dimintai keterangan mengenai isu tersebut.

Namun sayang beribu sayang, ternyata pelaksanaan tidak sejalan dengan perencanaan. Di tengah misi, ketujuh jendral yang diculik malah dibantai. Tentunya hal ini bukan yang diharapkan Presiden, tapi arang sudah menjadi abu.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Presiden adalah menyingkir ke madiun untuk menghindari konflik dengan Angkatan Darat yang salah satunya berhasil lolos dari penculikan.

Tepat 53 tahun sudah peristiwa itu berlalu namun pertanyaan yang masih terus membelenggu hingga saat ini adalah siapa yang menjadi dalang aksi G30S/PKI? Jikalau situasi yang digambarkan diatas memang benar adanya, lantas siapa yang memotong serta membelokkan rencana Presiden Soekarno saat itu?

Tidak satu pun yang bisa menjawab. Dokumentasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan G30S/PKI kemungkinan sudah dibumihanguskan untuk menghilangkan jejak.

Letkol Untung sudah lebih dulu dihabisi tidak lama setelah kejadian itu. Berdasarkan kisah tersebut Soekarno pun kebingungan lalu memutuskan pergi untuk menghindari konflik. Soeharto pun sudah meninggal setelah menikmati empuknya kursi kekuasaan sebagai presiden lebih dari 30 tahun lamanya.

Hari ini, esok, ataupun nanti, entah itu kapan semoga ada sebuah bukti yang dapat menguak luka lama yang tak kunjung sembuh dari negeri ini. Sampai kapan G30S/PKI berselimut misteri?

Penulis : Annisa Dwi Kurnia
Editor : (num)

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!