Peringatan hari buruh atau yang biasa disebut May Day jatuh pada tanggal 1 Mei. Peringatan hari buruh biasanya identik dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh para buruh dari pelbagai penjuru dunia. Kerumunan buruh tumpah-ruah di jalanan untuk menuntut hak mereka, berupa kenaikan gaji ataupun menuntut nasib mereka yang tidak dipenuhi oleh si pemberi kerja.
Sejak tahun 2014, hari buruh di Indonesia dijadikan hari libur nasional. Selain itu, para aktivis buruh nusantara juga mengenang salah satu tokoh buruh, Marsinah. Marsinah ialah buruh yang tewas saat memperjuangkan nasibnya yang diperas oleh para pemilik pabrik di Sidoarjo. Peringatan ini biasanya digelar dengan longmarch dari Jakarta sampai ke Sidoarjo.
Lantas, siapa sebenarnya yang pantas dikatakan sebagai seorang buruh? Mengingat selama ini kita hanya tahu bahwa buruh adalah para pekerja kasar saja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Berdasarkan definisi tersebut, buruh tidak hanya dari kalangan pekerja kasar. Melainkan juga manajer perusahaan, pegawai bank, pekerja kantoran, dan profesi lain yang bekerja dengan orang lain, maka dapat dikatakan sebagai seorang buruh.
Dewasa ini, kita mengenal dua istilah mengenai profesi, yakni pekerja kerah putih dan pekerja kerah biru. Pekerja kerah putih merujuk pada mereka yang bekerja di kantoran dengan tingkat pendidikan tinggi, mulai dari lulusan SMA hingga S3. Sedangkan pekerja kerah biru adalah mereka yang hanya lulusan SMA ke bawah, bekerja di pabrik, lahan tambang dan tempat berbahaya lainnya.
Hal inilah yang mendoktrin banyak orang bahwa buruh adalah pekerja pabrik yang memiliki pendidikan rendah, dan bekerja di tempat kotor serta penuh dengan penindasan. Padahal, buruh bukan hanya pekerja kerah biru, melainkan juga pekerja kerah putih yang bekerja di kantoran dan menjelma menjadi seorang karyawan maupun bos perusahaan sekalipun.
Penulis: Juniancandra Adi Praha
Editor: Dinar Wahyuni
