Opini

Misogini: Kebencian Ekstrim Hanya Karena Kita Perempuan

Pernahkah kamu dibenci hanya karena kamu adalah perempuan? Ujaran kebencian ini mampu melebar dari ungkapan verbal sampai menjadi diskriminasi, kekerasan seksual, eksploitasi, candaan-candaan berbau seksisme, penindasan perempuan, dan lain-lain. Setidaknya, kamu pernah melihatnya di berita televisi atau di lingkungan sekitarmu, istilah yang tepat untuk menggambarkan hal ini adalah misogini.

Misogini, dalam bahasa Inggris adalah misogyny secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Misogynia. Miso berarti benci, dan Gyne diartikan sebagai perempuan. Istilah ini berkembang menjadi ideologi yang disebut Misoginisme (misogynism). Kamus Ilmiah Populer menyebutkan, terdapat tiga ungkapan berkaitan dengan istilah tersebut, yaitu Misogin artinya benci akan perempuan, misogini artinya perasaan benci akan perempuan, misoginis artinya laki-laki yang benci pada perempuan. Tidak hanya laki-laki, ternyata perempuan juga bisa menyebarkan kebencian misogini kepada perempuan lain.

Misogini adalah kebencian yang timbul secara ekstrem kepada perempuan, kebencian ini tidaklah remeh-temeh. Kita tentu pernah merasakan benci kepada seseorang, tetapi tidak sampai merugikan orang yang kita benci. Lain halnya dengan misogini, orang yang menganut paham misogini dapat mempengaruhi tindakannya kepada perempuan sehingga menjadi pribadi yang lebih kasar, anti toleran, cabul, dan ego sentris. Umumnya penyebab seseorang menjadi penganut paham Misogini adalah kepercayaan terhadap mitos mengenai perempuan yang beredar di masyarakat, dan kebiasaan-kebiasaan yang menyertainya. Faktor-faktor selanjutnya adalah trauma masa kecil, perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan di kehidupannya, paham turun-temurun, pola pikir tentang maskulinitas yang toxic, prasangka (kesalahan berpikir) atas dugaan-dugaan yang sementara dan tidak menggambarkan kejadian secara keseluruhan.

Di Indonesia, paham Patriarki masih menyebar luas, hal ini menjadi salah satu faktor mengapa misogini masih berkembang secara masif beriringan dengan ideologi tersebut. Kebiasaan untuk menganggap bahwa perempuan adalah yang nomor dua, tidak berdaya, pantas dihina, dilecehkan, didiskriminasi, diberi kekerasan, dan diremehkan tentu masih menjadi budaya umum di kalangan konservatif. Mirisnya, Misogini kadang diselipkan di beberapa nilai-nilai tradisional dan budaya setempat, contohnya seperti perempuan yang berpakaian terbuka layak dilecehkan karena mengundang hawa nafsu laki-laki lain. Sebagian orang berpikir pengasuhan anak hanya dibebankan kepada perempuan, perempuan tidak boleh menjadi pemimpin jika masih ada laki-laki di sana, dan lain-lain sebagainya. Parahnya, penganut paham misogini terkadang masih ada yang berlindung di balik agama. Mereka berpendapat bahwa “Perempuan memang harus mengikuti laki-laki, kalau tidak mematuhinya maka dianggap melanggar perintah Tuhan”. Nyatanya, agama selalu mengajarkan kebaikan, tidak ada satu pun agama yang memandang bahwa derajat laki-laki dan perempuan itu berbeda.

Misogini memang tidak selalu tampak secara terang di mata kita, tetapi dapat diukir sehalus mungkin. Oleh karena itu, diskriminasi terhadap perempuan berupa seksisme dan misogini sangat mungkin ditampilkan dalam tayangan televisi di Indonesia. Tayangan sinetron, iklan, talk show, Film Televisi (FTV) merupakan beberapa program yang menjadi wadah konstruksi seksisme dan misogini di televisi. Televisi adalah media massa yang target komunikasinya adalah khalayak, pesan yang disampaikan tentu harus sesuai dengan kaidah dan kode etik penyiaran. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Koalisi Nasional Reformasi Penyiaran (KNRP), pemerintah dan segenap penonton siaran televisi harus mampu berkoordinasi untuk menciptakan, mengawasi, memberi sanksi, dan memperbaiki tayangan yang mengandung unsur pemojokan gender di media massa. Seksisme dan misogini tentu bertentangan dengan prinsip HAM yaitu kesetaraan dan nondiskriminasi.

Misogini juga kerap terjadi di dekat kita. Ketika menemui seseorang yang tidak sopan, suka berkata kasar, dan berperilaku tidak pantas hanya kepada perempuan, selalu berwaspadalah. Biasanya, seseorang yang menjalin hubungan dengan pasangannya yang misoginis, sering mendapat perlakuan tidak mengenakkan dan berpotensi besar terjebak dalam toxic Relationship. Jika kamu mengalami perilaku tidak menyenangkan karena paham Misogini yang dianut oleh seseorang, cobalah untuk mendapatkan bantuan dari orang-orang terdekat. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Bintang Puspayoga dalam Podkabs Kabinet dan Setkab episode ketiga di kanal YouTube berujar “Ketika melihat dan mendengar (tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak) laporkan ke SAPA 129, Layanan SAPA 129 dapat diakses melalui hotline 021-129 atau whatsapp 08111-129-129.”

Penulis: Adinda Putri Maharani

Editor  : Ulfa Annisa

Sumber Foto:  Serial Komik Women Lead by Magdalene, Cerita & Ilustrasi @beginsat30

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!