KolomOpini

Penggunaan Tali Rafia untuk Membuat Pom-pom Panen Kritik: Tidak Ramah Lingkungan

Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) bagi mahasiswa baru Unsri 2019 tinggal menghitung hari. Berbagai macam persiapan telah dilakukan, baik oleh panitia maupun mahasiswa baru yang semangat menyambut kehidupan kampus. Tak mau ketinggalan, pernak-pernik unik pun harus ada agar PK2 semakin apik.

Ada yang baru pada PK2 tahun ini, formasi yang biasanya dilakukan dengan kardus bekas yang dipotong dan dilapisi kertas beraneka warna, kini diganti dengan pom-pom. Tidak ada yang salah dengan menggunakan pom-pom sebagai bentuk inovasi ini. Namun, masalah datang ketika kanal youtube BEM KM Unsri mengunggah sebuah konten berisikan gerakan dan formasi pom-pom yang akan dilakukan pada PK2 nanti. Daripada mengomentari gerakan tersebut, sebagian besar warganet malah lebih fokus pada pom-pom yang digunakan oleh para peraga. Pasalnya, pom-pom tersebut dibuat dari tali rafia.

Video berdurasi empat menit itu menuai banyak kritik dari warganet. Sebagian besar mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap penggunaan tali rafia dalam membuat pom-pom. Jelas saja, penggunaan plastik ini sangat bertolak belakang dengan diet plastik yang sering dikampanyekan di Indonesia. Selain itu, warganet awas pada sampah pom-pom yang nantinya akan berserakan setelah PK2 usai, sangat tidak ramah lingkungan. Apalagi, dewasa ini, slogan Go Green sangat santer terdengar di Indonesia.

Di samping ketidaksetujuan, ada pula warganet yang mengatakan bahwa keputusan BEM KM Unsri untuk menggunakan tali rafia dalam membuat pom-pom ini sah-sah saja. Bahkan, ia mengatakan justru pembuatan pom-pom menggunakan tali rafia ini berarti sudah mendukung gerakan 3R. Di komentar yang sama, ia menyebutkan bahwa pom-pom yang tidak terpakai nantinya bisa digunakan sebagai kemoceng untuk indekos. Saran yang menggelitik, namun cukup solutif.

Usut punya usut, BEM KM Unsri telah memberikan klarifikasi melalui akun linenya untuk menjawab keresahan mahasiswa, isinya sebagai berikut.

BEM KM Unsri bekerja sama, serta membuat kesepakatan bersama Dewan Lingkungan Hidup dan Pertahanan Kabupaten Ogan Ilir (DLHP OI).

Dari pertemuan itu, mereka menyepakati:

  1. DLHP OI bersedia untuk mendaur ulang plastik pom-pom yang akan digunakan untuk formasi PK2 2019,
  2. DLHP OI bersedia dan siap bekerjasama dengan Jasa Sampah Online,
  3. DLHP OI bersedia untuk mendistribusikan plastik pom-pom tersebut kepada komunitas-komunitas pecinta lingkungan,
  4. DLHP OI bersedia mengelola plastik tersebut menjadi ecobrik atau material bangunan yang ramah lingkungan.

Namun, Lagi-lagi ada yang terasa janggal dari keputusan BEM KM Unsri. Kekhawatiran mahasiswa bukan hanya sebatas ribuan sampah pom-pom yang akan dikemanakan, tetapi yang mereka sayangkan ialah penggunaan plastik untuk membuat pom-pom. Jadi, alih-alih menghadirkan DLHP OI untuk mendaur ulang sampah pom-pom, lebih baik menghindari penggunaan plastik sebagai bahan pembuat benda tersebut. Karena penggunaan plastik saat ini memang sudah berusaha diminimalisir, dan kita seyogianya mendukung gerakan tersebut.

Ibarat nasi yang sudah jadi bubur, pom-pom sudah dibuat, tentu akan jadi lebih sia-sia jika tidak terpakai. Kiat BEM KM Unsri untuk bekerja sama dengan DLHP OI juga keputusan yang patut dihargai. Dan, semoga kesalahan ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua kedepannya.

Penulis: Dinar Wahyuni

Editor: Desi Rahma S

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!