Berita

Ken Zuraida : Dahlia Adalah Keajaiban Sumatera Selatan

Indralaya, GELORASRIWIJAYA.CO – “Dahlia adalah keajaiban Sumatera Selatan” ujar Ken Zuraida, istri dari penyair alm. W.S Rendra., Sekaligus aktris bengkel teater. Pernyataan tersebut diungkapkannya dalam kegiatan bedah novel yang berjudul “Perempuan Yang Memetik Mawar” karya Dahlia Rasyad, di Auditorium Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, Minggu (12/08).

Dahlia Rasyad merupakan duta bahasa Sumatera Selatan tahun 2007, karya novelnya yang berjudul “Perempuan Yang Memetik Mawar” meraih penghargaan sastra dari Balai Bahasa Yogyakarta sebagai karya sastra terbaik tahun 2014. Novel tersebut menceritakan tentang mitologi lokal yang hidup sampai sekarang di sebuah dusun pedalaman Palembang. Tepatnya di Beti, Indralaya Selatan, Ogan Ilir.

Kegiatan bedah novel dihadiri oleh berbagai komunitas yang bergerak dalam bidang sastra, literasi dan semacamnya. Tak hanya Ken Zuraida, akademisi sastra Dian Susilastri, penulis Syamsul Fajri, dan Sdinah Trisman selaku redaktur senior Sriwijaya Post juga turut membersamai kegiatan tersebut.

Pada kegiatan bedah novelnya, Dahlia Rasyad menceritakan perjalanan karyanya dan juga mengungkapkan ambisinya dalam menulis, ia tidak pernah mempredikatkan dirinya sebagai penulis melainkan sebagai seorang pembelajar namun ia ingin terus menulis dan hendak menjadi penulis. Perempuan yang lahir di Palembang, 35 tahun silam itu menyatakan bahwa ia dibesarkan dari keluarga yang sederhana, yang menganggap sastra adalah permainan dan tidak bisa dijadikan sebuah pekerjaan. Setelah menikah tahun 2010 ia belajar banyak tentang kepenulisan di Yogyakarta, Jawa Pos adalah media Koran pertama yang menerbitkan cerita pendek buatannya.

“Saat di Ubud, Universitas Tazmania mengontak saya bahwa mereka hedak menterjemahkan novel saya. Intinya, dari perjalanan kepengarangan saya sebuah buku itu ada nasibnya sendiri, memiliki jalannya sendiri. Saya memulainya dengan dunia yang sangat kecil, dunia yang sederhana. Dan kalau tulisan saya bisa keluar negeri, saya tidak pernah mencita-citakannya. Itu hanya efek yang saya dapatkan dari menulis,” ujarnya.

Dahlia menyayangkan belum adanya penulis perempuan yang bisa diajak untuk diskusi tentang Palembang, padahal menurutnya Palembang sangat kaya dengan sumber inspirasi.

“Saya belum mendengar bahwa ada perempuan yang menulis khusunya tentang lokalitas Palembang. padahal hal itu dicari oleh universitas-universitas luar karena mereka ingin mempelajari budaya, tempat dan orang.

Harapannya menjadi tugas pemerintah dan tugas bersama, baik seniman dan sastrawan untuk menggiatkan lagi workshop sastra. Media juga harus berperan dalam mendukung pemula untuk menulis, selanjutnya mungkin balai bahasa atau sebagainya yang bisa menggairahkan penulis untuk menelurkan karya yang bermutu dan berkualitas secara berkelanjutan.”

Penulis : Safina Riski
Editor : num

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!