BeritaNews

Ikat Kepala: Simbol Semangat Pergerakan Mahasiswa Baru

INDRALAYA, GELORASRIWIJAYA.CO – Selasa (6/8), mahasiswa baru (Maba) Universitas Sriwijaya (Unsri) terlihat memakai atribut kain putih pengikat kepala (headband) sebagai simbol semangat pergerakan mahasiswa saat hari pertama Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) di auditorium kampus Indralaya.

Tak hanya Maba yang terlihat memakai aksesori di kepala, beberapa panitia pun mengenakan gandik dan tanjak yang menjadi kebudayaan Sumatera Selatan.

Afiq Murtadho, Menteri Sosmas & Lingkungan BEM KM Unsri menjelaskan bahwa penggunaan aksesori ini bertujuan untuk menggabungkan unsur kebudayaan dan pergerakkan. “Kebudayaan ditunjukkan dari atribut tanjak dan gandik yang digunaan panitia, dan semangat pergerakkan ditunjukkkan dengan ikat kepala dari kain putih yang diintruksikan untuk dipakai semua Maba 2019,” ujarnya.

Lain halnya dengan Zulkarnain, Wakil Rektor (WR) III itu mengatakan, “Itu (ikat kepala) hanya sebagai pengenal untuk masing-masing fakultas. Rencananya begitu masuk akan dilepaskan, tapi ternyata ada beberapa yang tidak dilepas.”

Beberapa Maba tetap menggunakan ikat kepala selama kegiatan hari pertama PK2 berlangsung di dalam Auditorium.

WR III juga menyampaikan tahun sebelumnya Maba menggunakan pita berwarna per-fakultas, namun karena banyak Maba yang belum mengetahui apa warna fakutasnya yang ada di Unsri, maka tahun ini diubah dengan kain putih bertuliskan fakultasnya.

Tidak sesuai kesepakatan, tulisan di kain putih tersebut malah bertuliskan hal lain, contohnya aksi progresif, hidup mahasiswa, tolak apatis, dan lainnya. Hal ini jelas disayangkan oleh WR III. “Nah, ini melanggar, tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Jika tulisan bermakna positif dan mengenalkan identitas fakultas masing-masing, bagus. Namun, jika ada tulisan yang  menyimpang maka kita akan melakukan evaluasi.”

Tulisan di kain putih bukan nama fakultas.

Presiden Mahasiswa (Presma) Unsri, Ni’matul Hakiki Vebri Awan, atau yang akrab dipanggil Wawan menyatakan jika ikat kepala tersebut hanya sebagai identitas. “Mahasiswa itu identik dengan pergerakannya, ikat kepala merupakan atribut yang paling banyak digunakan dalam pergerakan, sebagai simbol semangat yang kita bawa. Hari ini ikat kepala itu ditulis dengan semangat fakultas masing-masing agar mereka tidak canggung menjadi mahasiswa nantinya.”

“Ikat kepala ini juga bisa dibilang sebagai bentuk doktrin, atau lebih tepatnya framing, supaya mereka nanti tidak canggung dengan identitas mereka sebagai mahasiswa,” tambahnya.

Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan Republik Indonesia yang menghadiri agenda Senat Terbuka PK2 Unsri 2019, saat ditemui juga menanggapi terkait ikat kepala ini, “Asal tulisannya benar itu tidak masalah, jika ada aksi damai, tidak apa-apa. Namun jika itu memprovokasi baru tidak boleh,” ungkapnya.

Penulis: (fat)

Editor: (num)

Facebook Comments

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!