KolomOpini

Bolos ialah Hak!

Hidup tidak selalu berada dalam zona nyaman, hidup tidak selalu berada dalam kelurusan. Ada saatnya jenuh melanda dan belok kesana-kemari mencari jalan kembali. Banyak orang melupakan kesenangan diri demi mendapat pengakuan dari orang lain bahwa diri kita mampu menjadi yang terbaik mengatasi segala masalah. Tapi sayangnya, diri sendiri yang terancam mati dari kesenangan semata. Kesenangan bukan berarti hal yang negatif. Perlu diingat, terkadang ada beberapa hal yang tidak bisa disamaratakan. Sama seperti asumsi tentang bolos. Negatif menurut si A, belum tentu menurut si B.

Bagi sebagian orang, khususnya orang tua, pengajar, dan pelajar atau mahasiswa khususnya, bolos adalah sesuatu yang harus dihindari. Tapi tidak bagi saya dan sebagian kecil orang yang memiliki pemahaman “bolos ialah hak”. Mengapa demikian? Karena tidak selamanya bolos yang dilakukan adalah kegiatan negatif, bahkan bisa jadi jauh lebih bermanfaat ketimbang masuk kelas.

Setiap universitas biasanya memberikan jatah bolos bagi mahasiswanya sebanyak 3 kali, atau kehadiran minimal 85 persen sebagai syarat mengikuti ujian. Jatah bolos yang telah ditetapkan tentunya merupakan sebuah kesempatan yang harus kita manfaatkan. Bahkan bagi saya, jangan sampai terlewat begitu saja tanpa makna.

Meskipun saya menganut paham “bolos ialah hak”, sebenarnya ada aturan lain yang harus diperhatikan. Misalnya, boloslah pada waktu yang tepat. Jangan bolos pada waktu mata kuliah yang urgent atau kehadiran kita sangat dibutuhkan, seperti saat sedang jadwal presentasi, jangan melakukan bolos, sebab akan berisiko pada nilai dan menimbulkan cekcok dengan teman sekelompok. Tetap patuhi aturan yang ada, maka bolos tidak akan menimbulkan masalah.

Usahakan jangan bolos pada waktu atau hari yang berurutan. Terakhir, bersiap-siaplah menghadapi risiko yang ada. Misal, dosen yang seharusnya tak terjadwal masuk, tetapi memutuskan masuk dan mengadakan kuis. Sedangkan kita, entah sedang berada di bagian bumi yang mana. Kita harus memaklumi, mengganti jadwal adalah hak dosen, padahal tidak sepenuhnya. Tapi harus bagaimana? sebagian dosen ada yang bersikap sebagai Legend. Percayalah, selagi bolos dalam keadaan yang benar dan baik, itu tak akan masalah nantinya.

Lalu, bagaimana kriteria bolos yang benar?

Misalnya dalam kasus ini, jadwal kuliah kita Senin-Kamis. Nah, kebetulan Senin depan ada mata kuliah yang dosennya tidak hadir. Meskipun Senin terdapat dua mata kuliah. Kita memustuskan mudik dari Kamis sore dan memilih melewatkan kelas atau bolos pada Senin depan untuk pulang ke rumah. Notabene kita adalah anak rantau yang ngekos di kota yang berbeda dengan orang tua. Alhasil, kita bolos dengan dalih berjumpa orang tua di rumah. Ingatlah, meskipun kita memiliki teman yang lebih asik saat bersamanya ketimbang bercengkrama dengan orang tua yang kita anggap tidak update dengan perkembangan zaman saat ini. Tetapi, orang tua tak pernah bosan menunggu kabar dan kehadiran kita di rumah.

Selain itu, bolos dengan alasan mengikuti kegiatan kemanusiaan atau menjadi relawan. Mahasiswa tidak bisa hanya duduk belajar di dalam kelas, tetapi harus bisa merealisasikan apa yang telah ia dapatkan dari kelas. Aktivis atau apatis itu pilihan, tetapi pilihlah yang bisa memberikan kebaikan untuk diri kita. Jika belum mampu memperbaiki keadaan, baiknya perbaikilah dulu amal perbuatan.

Bolos dengan alasan menyenangkan diri sendiri. Misalnya, pergi ke tempat umum, seperti mal, tempat wisata, atau sekedar di indekos seharian tapi ada yang dikerjakan. Manusia akan mengalami siklus dimana tidak selamanya kita bisa dan berada di atas, ada saatnya naik turun. Bolos menjadi solusi alternatif saat pikiran dan perasaan jenuh dari rutinitas yang ada. Tapi perlu diingat, bolos bukan satu-satunya solusi yang tepat.

Bolos adalah sesuatu tindakan yang tercela, hal ini sudah ditanamkan oleh pelajar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Padahal, tidak sepenuhnya benar. Terkadang mahasiswa sudah hadir di kelas, tapi dosen kerap kali tak masuk kelas dan hanya sekedar mengisi daftar hadir. Bukankah lebih berfaedah mahasiswa yang bolos kelas tetapi mengikuti kegiatan seminar di luar? Mahasiswa yang rajin masuk kelas tidak akan menjamin hidupnya lebih sukses ketimbang mahasiswa yang sering bolos pada “kondisi yang tepat”. Bolosnya mahasiswa bisa saja karena mengikuti kegiatan luar kampus, seperti seminar, lomba, dan pelatihan-pelatihan yang menunjang perkembangan potensi yang dimilikinya.

Tidak selamanya mahasiswa yang bolos itu malas, dan mahasiswa yang tak pernah absen itu rajin. Terkadang, kita temui mereka yang bolos kelas justru lebih luas pengetahuan ilmu dan nilai IPK-nya berada di zona aman. Ada satu hal yang tak terlihat dari mereka, bisa saja mereka lebih bekerja keras tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan beberapa mahasiswa yang berprestasi sering tidak masuk kelas karena mengikuti kegiatan dan lomba, tetapi IPK-nya selalu baik. Kita tidak tahu, hal mana yang menimbulkan keberuntungan. Untuk itu, belajarlah sesuai waktunya. Kita harus belajar adil, yaitu menempatkan sesuatu pada porsinya masing-masing. Sehingga kepuasan yang didapatkan akan sama dalam segi kualitas.

Perlu saya tekankan sekali lagi, bolos ialah hak. Karena itu, gunakanlah kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sembarang bolos, karena itu akan merugikan diri sendiri dan orang tua di rumah tentunya. “Boloslah pada saat yang tepat!”. Sebab, kehadiran di kelas juga dibutuhkan sebagai rasa hormat kepada dosen yang telah memberikan kita ilmu. Meskipun terkadang apa yang mereka jelaskan kita kurang paham ilmunya.

Penulis : Fatta Sofiana S

Editor : Dinar Wahyuni

Facebook Comments
Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!